Minggu, 06 Oktober 2013

KEDELAI

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah
Sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan pokok setiap manusia. Kali ini yang akan kita bahas adalah tentang pangan. Kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya kekurangan pangan. Salah satu pangan yang akan kita bahas adalah tentang kedelai. Siapa yang tidak tahu kedelai, bahan makanan untuk pembuatan tempe dan tahu. Kedua makanan itu menjadi primdona di Indonesia karena rasanya enak dan murah
 Namun apa yang terjadi akhir-akhir ini. Tahu dan tempe menghilang dari pasaran. Padahal sebelumnya kita dapat menjumpainya dari pasar sampai ke tukang sayur keliling. Ini karena harga kedelai yang semakin tinggi sehingga para pengrajin tahu-tempe melakukan mogok produksi.
Ada apa di negeri yang katanya negeri agraris ini. Kedelai pun krisis sehingga menyebabkan pemerintah harus impor dari negara luar seperti Amerika Serikat. Inilah yang akan menjadi bahasan kita yang akan saya telusuri dari awal sampai akhir mengapa bisa mahal dan apa solusinya.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibuat maka dapat diambil beberapa masalah yaitu :
1.       Apa yang menyebabkan harga kedelai naik?
2.      Mengapa kita sampai mengimpor kedelai?
3.      Mana yang lebih bagus, Kedelai impor atau lokal?
4.      Siapa yang salah dari dari melonjaknya harga kedelai?
5.      Bagaimana cara mengatasi melonjaknya harga kedelai?

C.     Tujuan dan Manfaat Penulisan

a.      Tujuan
Agar kita mengetahui sebab dan solusi dari masalah kedelai ini
b.      Manfaat
c.       Semoga pembahasan ini dapat diterapkan oleh semua pihak agar tidak terjadi lagi lonjakan harga dan krisis kedelai

d.       
D.     Metode dan Teknik Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode studi dokumenter. Adapun teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka, Pada metode ini, penulis membaca artikel dan tanggapan para tokoh yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah kedelai

E.     Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian dari internet dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian melalui data dan fakta yang didapat .


BAB II
PEMBAHASAN

Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecaptahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Akhir-akhir ini masyarakat indonesia dipusingkan oleh langkanya tahu dan tempe dipasaran. Kalaupun ada maka ukurannya kecil dan harganya jauh lebih mahal. Penyebabnya tak lain karena harga kedelai yang melonjak dari harga kedelai per kilogram sebelumnya masih berkisar 7000/kg tetapi dengan kenaikan harga kedelai ini bisa mencapai Rp 9.700/kg kedelai.
Apa yang menyebabkan harga kedelai naik. Harga kedelai naik karena kurs dollar yang naik dari kisaran Rp. 9000 an per $ 1 naik menjadi Rp. 11.000 an per $ 1. Indonesia memang sangat tergantung impor dari negara lain. Dikutip dari BPS, pertama negara Amerika Serikat merupakan penjual kedelai terbesar ke Indonesia, dan pasokan kedelai Indonesia memang sangat tergantung kepada AS. Sepanjang Januari-Juni 2013 atau semester I-2013, jumlah impor kedelai dari AS mencapai 792 ribu ton dengan nilai US$ 487,6 juta. Kedua ialah Argentina, pemasok kedelai kedua terbesar ke Indonesia. Sepanjang Januari-Juni 2013, jumlah kedelai yang diimpor Indonesia dari Argentina mencapai 11.345 ton dengan nilai nominal US$ 7,42 juta. Dan yang lebih miris ialah Negara tetangga ini ternyata juga menjadi pemasok kedelai untuk Indonesia. Selama Januari-Juni 2013, jumlah kedelai yang diimpor Indonesia dari Malaysia mencapai 11.345 ton, dengan nilai nominal US$ 9,03 juta.

Mengapa kita sampai harus mengimpor kedelai dari luar negeri . Apakah dalam negeri tidak mencukupi . Bagaimanapun jumlah penduduk indonesia yang meningkat setiap tahun juga meningkatkan konsumsi nasional. Kebutuhan kedelai nasional tahun 2012 sebanyak 2,4 juta ton. Angka tersebut tercukupi dengan 70 persen impor (1,25 juta) dan sisanya produksi dalam negeri sebanyak 779.800 ton kedelai. Hal ini tidak diimbangi dengan bertambahnya lahan pertanian khususnya kedelai. Sehingga inilah yang menyebabkan Indonesia kekurangan kedelai.
Mana yang lebih bagus, Kedelai impor atau lokal. Berikut perbedaan dari kedua kedelai tersebut berdasarkan pemaparan persentasi Direktur Aneka Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kementerian Pertanian, Maman Suparman pada diskusi di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, pada Selasa ( 7/8/2012 ) lalu.
Kedelai lokal unggul dari impor dalam hal bahan baku pembuatan tahu. Rasa tahu lebih lezat, rendemennya pun lebih tingi, dan resiko terhadap kesehatan cukup rendah karena bukan benih transgenik. Sementara kedelai impor sebaliknya.
Sekalipun unggul sebagai bahan baku tahu, kedelai lokal punya kelemahan untuk bahan baku tempe. Penyebabnya, ukuran kecil atau tidak seragam dan kurang bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian kedelai, proses peragiannya pun lebih lama. Lalu setelah berbentuk tempe, proses pengukusan lebih lama empuknya. Bahkan bisa kurang empuk.
Dalam hal budidaya kedelai baik lokal maupun impor punya kelebihan masing-masing. Kedelai lokal memeliki umur tanaman lebih singkat 2,5 - 3 bulan daripada impor yang mencapai 5 - 6 bulan. Benihnya pun lebih alami dan non-transgenik.
Akan tapi dalam hal produktivitas dan luas lahan, kedelai impor lebih tinggi. Bila varietes lokal umumnya masih berproduksi di bawah 2 ton per hektare, maka impor bisa mencapai 3 ton per hektarenya. Biji impor pun umumnya lebih besar.
Lemahnya produktivitas kedelai lokal tersebut tidak didukung oleh industri perbenihan yang kuat, mekanisasi usaha tani berskala besar serta efisien, dan juga lahan khusus kedelai yang luas.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, peneliti pemulia kedelai dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Harry Is Mulyana menilai, kandungan gizi kedelai lokal memang lebih unggul ketimbang impor.
Siapa yang salah dari dari melonjaknya harga kedelai. Yang salah ialah Pemerintah yang lamban dalam membuat kebijakan. Bagaiamana tidak, ketika harga kedelai sudah naik pemerintah baru membuat kebijakan untuk membebaskan bea masuk impor kedelai. Ini memang membuat harga kedelai memang turun walaupun tidak signifikan. Tetapi negara rugi dalam hal pajak, karena penerimaan pajak bea masuk kedelai berkurang, sehingga ini juga merugikan negara juga akhirnya. Pemerintah juga tidak bisa meyakinkan para petani untuk menanam kedelai. Karena para petani tidak mau menanam kedelai karena rentan gagal panen serta harga kedelai yang dianggap terlalu murah bagi petani yang tidak sebanding dengan ongkos produksi.

Bagaimana cara mengatasi melonjaknya harga kedelai. yang harus dilakukan pemerintah tentu ialah menambah lahan pertanian khususnya kedelai. Pemerintah juga harus menyediakan fasilitas seperti pupuk murah dan anti hama. Pemerintah juga harus belajar dari negara Amerika Serikat dalam mengelola pertanian kedelai. Gambar-gambar berikut memberikan gambaran, dari mana kedelai kita berasal. Bagaimana pemerintah Amerika serius mengelola perkebunan kedelai. Bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah Amerika, seharusnya sudah sejak dahulu dilakukan oleh pemerintah Indonesia.


Menanam kedelai. Sumber: farmprogress
Menyemprot dengan anti hama. Sumber: farmprogress.com
Panen kedelai. Sumber: modernfarmer.com
Kedelai dibawa ke area penyimpanan dan pengolahan. Sumber: USSEC
Pembangunan rel kereta merupakan bagian terpadu dari sistim produksi kedelai negara yang menghubungkan antara petani dengan pengumpul untuk diekspor. Sumber: USSEC.
Terminal ekspor kedelai, siap dikirim ke Indonesia. sumber: USSEC
           
Pemerintah juga diharapkan menumbuhkan minat petani untuk menanam kedelai. Karena selama ini para petani lebih memilih menanam padi atau tebu. efek impor menyebabkan petani merasa ditindas di negeri sendiri yang dibanjiri produk impor. Pemerintah  melalui BULOG dapat bekerjasama dengan petani, khususnya membeli kedelai langsung ke para petani agar dapat mengontrol persediaan dan harga kedelai . Bagaimanapun jika petani menjual hasil kedelainya ke para tengkulak maka harga pasti akan sulit dikendalikan
Pemerintah juga harus menyediakan lahan untuk bertani , bagaimanapun lahan yang semakin sempit dapat menyebabkan hasil pertanian menjadi sedikit. Hal ini telah disadari pemerintah. Melalui Hatta Rajasa, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, 100 ribu hektar tersebut diperkirakan dapat menutupi kekurangan pasokan kedelai sebesar 500 - 600 ribu ton.Rencananya, 60 ribu hektar akan ditanam di Aceh, dua ribu hektar di Nusa Tenggara Barat, dan sisanya di berbagai daerah. Produktifitas tanaman kedelai diperkirakan 2 ton per hektar dan tiga kali panen.




BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
            Masalah pangan di Indonesia terutama kedelai tak akan selesai jika tidak adanya kebijakan yang tepat antara petani dan pemerintah. Disini pemerintah yang menyediakan fasilitas seperti lahan, pupuk, anti-hama, penyuluhan pertanian dan pembelian hasil pertanian ke petani. Petani bertugas menjalankan pertanian saja. Dengan adanya simbiosis mutualisme ini diharapkan terjadinya kemandirian pangan nasional khususnya kedelai. Sehingga kita tak perlu tergantung impor dari negara lain dan tidak mudah terguncang oleh harga kedelai dari pasar internasional.

Saran
            Pemerintah sebagai pemegang kebijakan diharapkan dapat mengambil solusi dari masalah kedelai ini. Dalam penulisan ini penulis hanya memberikan pemaparan masalah dan solusinya yang diharapkan dapa pemerintah dan petani jalankan agar terciptanya kemandirian pangan khususnya komoditi kedelai ini.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar